Bagaimana cara mudah untuk memahami dan melaksanakan kewajiban perpajakan bagi bendahara desa? Berikut panduan mudah dan lengkap untuk bendahara desa.
Panduan Perpajakan Bendahara Desa Mudah dan Lengkap
Panduan Perpajakan Bendahara Desa Mudah dan Lengkap
Bagaimana cara mudah untuk memahami dan melaksanakan kewajiban perpajakan bagi bendahara desa? Berikut panduan mudah dan lengkap untuk bendahara desa.
Download Panduan Perpajakan Bendahara Desa
Panduan Perpajakan Bendahara Desa
Berikut Tabel Mudah Memahami Perpajakn Bendahara Desa
NO | JENIS/JASA DAN MODAL | PPN | PPH | KETERANGAN | |
---|---|---|---|---|---|
BER-NPWP | TIDAK BER-NPWP | ||||
A. | BARANG JASA | ||||
1 | SILTAP | - | 5% | 6% | (SILTAP+TUNJANGAN+PENGHASILAN LAIN DALAM SETAHUN - TUNJ. JABATAN) - PTKP dikali TARIF PAJAK |
2 | TUNJANGAN | - | |||
3 | HONOR / INSENTIF | - | 5% | 6% | PPH 21 |
4 | UPAH KERJA | - | 5% | 6% | PPH 21 >300 RB/HARI |
5 | SERVIS | 10% | 2% | 4% | PPH 23 + PPN |
6 | ATK | 10% | 1,50% | 3% | PPH 22 + PPN |
7 | BENDA POS | - | - | - | - |
8 | PAKAIAN DINAS | 10% | 1,50% | 3% | PPH 22 + PPN |
9 | ALAT KEBERSIHAN | 10% | 1,50% | 3% | PPH 22 + PPN |
10 | PERJALANAN DINAS | - | - | - | - |
11 | LISTRIK/PULSA WIFI | - | - | - | - |
12 | MAKAN MINUM | 10% | 1,50% | 3% | PPH 22 + PPN |
13 | FOTO COPY | 10% | 2% | 4% | PPH 23 + PPN |
14 | KOMPUTER, PRINTER, KAMERA | 10% | 1,50% | 3% | PPH 22 + PPN |
15 | BUKU DASA WISMA | 10% | 1,50% | 3% | PPH 22 + PPN |
16 | PERALATAN KANTOR | 10% | 1,50% | 3% | PPH 22 + PPN |
B. | BELANJA MODAL | ||||
1 | PASIR | - | 1,50% | 3% | PPH 22 |
2 | PEDEL | - | 1,50% | 3% | PPH 22 |
3 | BESI | 10% | 1,50% | 3% | PPH 22 + PPN |
4 | SEMEN | 10% | 1,50% | 3% | PPH 22 + PPN |
5 | BATU GEBAL | - | 1,50% | 3% | PPH 22 |
6 | BATU KUMBUNG | - | 1,50% | 3% | PPH 22 |
7 | BATA MERAH | 10% | 1,50% | 3% | PPH 22 + PPN |
8 | BATU KALI | - | 1,50% | 3% | PPH 22 |
9 | KORAL | 10% | 1,50% | 3% | PPH 22 + PPN |
10 | TANAH URUG | - | 1,50% | 3% | PPH 22 |
11 | BUIS DAKER | 10% | 1,50% | 3% | PPH 22 + PPN |
12 | CLOSET | 10% | 1,50% | 3% | PPH 22 + PPN |
13 | PARALON | 10% | 1,50% | 3% | PPH 22 + PPN |
14 | KAYU GELONDONGAN | - | 1,50% | 3% | PPH 22 |
15 | KAYU BALOK | 10% | 1,50% | 3% | PPH 22 + PPN |
16 | PAVING | 10% | 1,50% | 3% | PPH 22 + PPN |
17 | GENTENG | 10% | 1,50% | 3% | PPH 22 + PPN |
18 | PAKU, BAUT, MUR | 10% | 1,50% | 3% | PPH 22 + PPN |
19 | KANSTIN | 10% | 1,50% | 3% | PPH 22 + PPN |
20 | TOPI USKUP | 10% | 1,50% | 3% | PPH 22 + PPN |
Tabel Perpajakan Bendahara Desa
Berikut Tabel Matriks Kewajiban Perpajakan Bendahara Desa
NO. | KEGIATAN | JENIS PEMBAYARAN | PAJAK-PAJAK TERHUTANG | TARIF | JATUH TEMPO PENYETORAN | JATUH TEMPO PELAPORAN | KETERANGAN |
---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Penyelenggaraan pemerintahan atau pemberdayaan masyarakat dan kemasyarakatan | Pembayaran gaji dan tunjangan yang melekat rutin setiap bulan bagi perangkat desa | PPh Pasal 21 | 5 %, 15%, 25 %, 30% | Tanggal 10 bulan berikutnya | Tanggal 20 bulan Berikutnya | Memperhitungkan Biaya Jabatan 5 % & PTKP (Progresif sesuai penghasilan kena pajak) |
2 | Penyelenggaraan pemerintahan atau pemberdayaan masyarakat dan kemasyarakatan | Pembayaran honorarium, insentif, tunjangan dan imbalan dalam bentuk apapun | PPh Pasal 21 (tanpa batasan nilai) | 5 % bersifat final | Tanggal 10 bulan berikutnya | Tanggal 20 bulan Berikutnya | Baik untuk perangkat desa maupun non perangkat desa |
3 | Pembangunan desa | Pembayaran upah tenaga kerja | PPh Pasal 21 | 5% | Tanggal 10 bulan berikutnya | Tanggal 20 bulan Berikutnya | s.d. Rp 300.000 / hari tidak dipotong PPh 21 |
s.d. Rp 300.000 / hari tapi 1 bulan > Rp 3.000.000 dipotong PPh 21 (PTKP sebenarnya) | |||||||
Lebih dari Rp 300.000 tapi 1 bulan < Rp 3.000.000 dipotong PPh 21 (dikurang Rp 300.000) | |||||||
Lebih dari Rp 300.000 & 1 bulan > Rp 3.000.000 dipotong PPh 21 ( PTKP sebenarnya) | |||||||
4 | Pembangunan desa | Pembelian material, ATK dan Barang lainnya | PPh Pasal 22 | 1,5 % (rekanan tak berNPWP, 3 %) | 7 hari setelah pembayaran | Tanggal 14 bulan Berikutnya | Di atas Rp 2 juta & bukan dipecah-pecah |
5 | Pembangunan desa | Pemanfaatan jasa | PPh Pasal 23 (tanpa batasan nilai) | 2 % (rekanan tak ber NPWP, 4 %) | Tanggal 10 bulan berikutnya | Tanggal 20 bulan Berikutnya | |
6 | Pembangunan desa | Konstruksi | PPh Pasal 4 Ayat 2 (tanpa batasan nilai) | 2 %, 3 %, 4 % & 6 % | Tanggal 10 bulan berikutnya | Tanggal 20 bulan Berikutnya | Jika melibatkan pihak ketiga |
7 | Pembangunan desa | Pembelian material, ATK, barang lainnya, pemanfaatan jasa & konstruksi | PPN | 10% | 7 hari setelah pembayaran | Akhir Bulan Berikutnya | Di atas Rp 1 juta atas DPP dan PPN nya |
Cara Menghitung Pajak Bendahara Desa
CONTOH PERHITUNGAN :
1.Kepala desa, gaji dan tunjangan per bulan Rp 5.000.000,00; Status : K/2 (menikah dengan 2 putra)
PPh Pasal 21 terhutang sbb :
Gaji dan tunjangan per bulan= Rp 5.000.000,00
Gaji dan tunjangan 1 tahun ( x 12 )= Rp 60.000.000,00
Biaya Jabatan / BJ ( 5 % x Gaji dan Tunjangan 1 tahun) = Rp 3.000.000,00
PTKP (K/2)= Rp 45.000.000,00
Penghasilan Netto ( Gaji & Tunjangan – BJ – PTKP )= Rp 12.000.000,00
PPh 1 tahun ( tariff x Ph. Netto; 5 % x Ph. Netto )= Rp 600.000,00
PPh 1 bulan ( PPh 1 tahun : 12 )= Rp 50.000,00
2.Ketua RT 001 RW 001 menerima insentif sebesar Rp 100.00,00 (seratus ribu rupiah) setiap bulannya.
PPh Pasal 21 yang harus dipungut setipa bulan oleh bendaharawan sbb :
PPh Pasal 21 terhutang = 5 % x Rp 100.000,00= Rp 5.000,00
Keterangan :
Insentif merupakan bagian dari honorarium, tunjangan dan imbalan dalam bentuk apapun sehingga dikenakan PPh Pasal 21 yang bersifat final
3.a. Seorang pengawas bangunan menerima penghasilan Rp 125.000,00 (seratus dua puluh lima ribu rupiah) setiap hari dan dalam 1 bulan penghasilannya sebesar Rp 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah). Yang bersangkutan berkerja selama 20 (dua puluh) hari kerja. PPh Pasal 21 terhutang = NIHIL
b. Seorang pengawas bangunan menerima penghasilan Rp 225.000,00 (dua ratus dua puluh lima ribu rupiah) setiap hari dan dalam 1 bulan ia bekerja selama 20 (dua puluh) hari sehingga penghasilan yang ia terima sebesar Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ribu rupiah). Status TK/0.
PPh Pasal 21 terhutang dalam 1 bulan= tarif x ( Penghasilan 1 bulan - PTKP 1 bulan)
= 5 % x (Rp 4.500.000,00 - Rp 3.000.000,00)
= 5 % x Rp 1.500.000,00
= Rp 75.000,00
c. Seorang pengawas bangunan menerima penghasilan Rp 325.000,00 (tiga ratus dua puluh lima ribu rupiah) setiap hari dan dalam 1 bulan ia bekerja selama 8 (delapan) hari sehingga penghasilan yang ia terima sebesar Rp 2.600.000,00 (dua juta enam ratus ribu rupiah). Status TK/0.
PPh Pasal 21 terhutang untuk 8 hari kerja= tarif x ( Penghasilan selama 8 hk - PTKP selama 8 hk)
= 5 % x (Rp 2.600.000,00 - Rp 2.400.000,00)
= 5 % x Rp 200.000,00
= Rp 10.000,00
d. Seorang pengawas bangunan menerima penghasilan Rp 305.000,00 (tiga ratus lima ribu rupiah) setiap hari dan dalam 1 bulan ia bekerja selama 25 (dua puluh lima) hari sehingga penghasilan yang ia terima sebesar Rp 7.625.000,00 (tujuh juta enam ratus dua puluh lima ribu rupiah). Status K/3.
PPh Pasal 21 terhutang dalam 1 bulan= tarif x ( Penghasilan 1 bulan - PTKP 1 bulan)
= 5 % x (Rp 7.625.000,00 - Rp 4.000.000,00)
= 5 % x Rp 3.625.000,00
= Rp 181.250,00
4.Bendahara desa belanja semen sebesar Rp 2.000.000,00; besi sebesar Rp 1.000.000,00 dan pasir sebesar Rp 1.500.000,00; Total pembelian sebesar Rp 4.500.000,00; (Toko memiliki NPWP).
PPh Pasal 22 wajib dipungut dan disetor (keseluruhan)= 1,5 % x Rp 4.5000.000,00
= Rp 67.500,00
PPN wajib dipungut dan disetor (tanpa pasir)= 10 % x Rp 3.000.000,00
= Rp 300.000,00
Catatan :
Untuk penghitungan PPh Pasal 22 dan PPN, bahwa atas belanja pada bulan yang sama merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipecah-pecah.
5.Bendahara desa melakukan service komputer dengan biaya sebesar Rp 500.000,00; (Toko memiliki NPWP).
PPh Pasal 23 wajib dipotong dan disetor = 2 % x Rp 500.000,00
= Rp 10.000,00
PPN wajib dipungut dan disetor = tidak ada, namun PPN sebesar Rp 50.000,00
( 10 % x Rp 500.000,00 ) tetap dibayar oleh bendaharawan dan dipungut serta disetor oleh rekanan.
(karena nilai transaksi, termasuk PPNnya Kurang dari Rp 1.000.000,00)
Catatan :
Untuk penghitungan PPN, bahwa atas belanja pada bulan yang sama merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipecah-pecah.
6.Desa melakukan kontrak kerjasama dengan pihak ketiga (kontraktor) untuk pelaksanaan pembangunan jembatan dengan nilai kontrak sebesar Rp 100.000.000,00;
PPh Pasal 4 ayat (2) wajib dipotong dan disetor = 2 % x Rp 100.000.000,00
= Rp 2.000.000,00
PPN wajib dipungut dan disetor = 10 % x Rp 100.000.000,00
= Rp 10.000.000,00
Catatan :
Untuk penghitungan PPN, bahwa atas belanja pada bulan yang sama merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipecah-pecah.
3 comments
Kalau pasir pasang / pasir cor kena PPN atau tidak ?
Bagus mas refernsinya tp perhitungan pajak tsb masih utk tahun 2017
bukannya untuk perhitungan PPN harusnya di kalikan 10/11 dulu ya nominalnya
EmoticonEmoticon